BAJU PERNIKAHAN ADAT BETAWI: SEJARAH, KARAKTERISTIK, FILOSOFI

HERAGRIYAPENGANTIN.COM - Baju Pernikahan Adat Betawi merupakan pakaian tradisional yang digunakan dalam upacara pernikahan masyarakat Betawi, yang merupakan suku asli Jakarta. Busana ini memiliki perpaduan antara budaya lokal Betawi, pengaruh Arab, Tionghoa, Melayu, dan Eropa, mencerminkan keanekaragaman budaya Jakarta.

1. Definisi Baju Pernikahan Adat Betawi

Baju pengantin adat Betawi adalah pakaian yang dikenakan oleh kedua mempelai saat melaksanakan pernikahan dalam adat Betawi. Busana ini biasanya terdiri dari pakaian pengantin pria dan wanita yang masing-masing memiliki karakteristik dan simbolisme tersendiri.

2. Sejarah

Pakaian adat Betawi banyak dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan yang melewati wilayah Jakarta sebagai pusat perdagangan, di antaranya Arab, Tionghoa, dan Eropa. Sejarah busana ini berakar dari interaksi masyarakat Betawi dengan bangsa asing, di mana masyarakat Betawi menyerap berbagai elemen busana dari mereka dan mengadaptasinya dengan ciri khas lokal. Misalnya, pengaruh budaya Tionghoa terlihat dari model dan corak pakaian yang dikenakan oleh pengantin wanita, sementara pengaruh Arab terlihat pada penggunaan pakaian panjang dan tutup kepala pada pengantin pria.

3. Karakteristik Pakaian Pengantin Betawi

Baju pengantin adat Betawi terdiri dari dua bagian utama, yakni pakaian pengantin pria dan pakaian pengantin wanita.

a. Pakaian Pengantin Pria (Dandanan Care Haji)

Disebut "Dandanan Care Haji", busana pengantin pria ini melambangkan kebangsawanan dan keagamaan dalam budaya Betawi. Busana ini terinspirasi oleh pakaian pria Arab. Berikut adalah ciri khasnya:

  • Baju jubah panjang: Umumnya terbuat dari bahan beludru berwarna hitam, biru, merah, atau hijau.
  • Sorban: Menggunakan sorban putih atau keemasan yang dililitkan di kepala, melambangkan kebesaran agama Islam.
  • Aksesoris: Pengantin pria juga dilengkapi dengan rantai emas yang menjuntai di dada, serta keris sebagai lambang keberanian dan kehormatan.

b. Pakaian Pengantin Wanita (Rias Besar Cina)

Pakaian pengantin wanita Betawi dikenal sebagai "Rias Besar Cina", yang banyak dipengaruhi oleh budaya Tionghoa. Karakteristik pakaian ini adalah:

  • Kebaya encim: Baju kebaya dengan bordiran halus yang dipadukan dengan rok panjang atau kain batik.
  • Hiasan kepala: Pengantin wanita memakai hiasan kepala berwarna keemasan, dengan ornamen berbentuk burung hong (phoenix) yang berasal dari budaya Tionghoa, melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan.
  • Selop dan kipas: Biasanya dipakai sebagai pelengkap penampilan.

4. Pernak-pernik dan Aksesoris

  • Kalung dan perhiasan: Pengantin wanita dilengkapi dengan perhiasan seperti kalung emas, anting besar, dan gelang yang besar, menambah kesan mewah.
  • Keris: Pada pengantin pria, keris menjadi simbol keberanian dan kemuliaan.
  • Payung kehormatan: Sebagai bagian dari prosesi pernikahan adat Betawi, payung ini digunakan untuk menandakan status sosial kedua mempelai.

5. Filosofi dan Makna

  • Simbol Kesatuan Budaya: Baju pengantin adat Betawi mencerminkan integrasi berbagai budaya yang membentuk identitas Betawi, termasuk pengaruh Melayu, Arab, Tionghoa, dan Eropa.
  • Kebesaran Agama dan Keberanian: Busana pria menggambarkan nilai-nilai religius dan kehormatan dalam masyarakat Betawi.
  • Kemakmuran dan Kebahagiaan: Hiasan kepala burung hong pada pengantin wanita melambangkan doa untuk kemakmuran, keberuntungan, dan kebahagiaan dalam kehidupan pernikahan.

Pakaian adat Betawi menjadi simbol kebanggaan dan identitas budaya yang dipertahankan hingga saat ini dalam perayaan pernikahan.

(Hera Griya Pengantin)